Nemu tulisan yang bagus dari Bpk. Dahlan Iskan mengenai kemandirian bangsa, di website nya PLN
Ke Iran Setelah 20 Tahun Diembargo Amerika
by : Dahlan Iskan
sumber : http://www.pln.co.id/?p=2825
Baru sekali ini saya ke Iran. Kalau saja PLN tidak mengalami
kesulitan mendapatkan gas dari dalam negeri, barangkali tidak akan ada
pikiran untuk melihat kemungkinan mengimpor gas dari negara para mullah
ini.
Sudah setahun lebih PLN berjuang untuk mendapatkan gas dari negeri sendiri. Tapi hasilnya malah sebaliknya. Jatah gas PLN justru diturunkan terus menerus. Kalau awal tahun 2010 PLN masih mendapat jatah gas 1.100 mmscfd, saat tulisan ini dibuat justru tinggal 900 mmscfd. Perjuangan untuk mendapatkan tambahan gas yang semula menunjukkan tanda-tanda berhasil, belakangan redup kembali.
Gas memang sulit diraba sehingga tidak bisa terlihat ke mana larinya. Bisa jadi gas itu akan berbelok-belok dulu entah ke mana baru dari sana dijual ke PLN dengan harga yang sudah berbeda. Padahal PLN memerlukan gas sebanyak 1,5 juta mmscfd. Kalau saja PLN bisa mendapatkan gas sebanyak itu penghematannya bisa mencapai Rp 15 triliun setiap tahun. Angka penghematan yang mestinya menggiurkan siapa pun.
Maka saya memutuskan ke Iran. Apalagi upaya mengatasi krisis listrik sudah berhasil dan menuntaskan daftar tunggu yang panjang itu pasti bisa selesai bulan depan. Kini waktunya perjuangan mendapatkan gas ditingkatkan. Termasuk, apa boleh buat, ke negara yang sudah sejak tahun 1980-an diisolasi oleh Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya itu. Siapa tahu ada harapan untuk menyelesaikan persoalan pokok PLN sekarang ini: efisiensi. Sumber pemborosan terbesar PLN adalah banyaknya pembangkit listrik yang “salah makan”. Sekitar 5.000 MW pembangkit yang seharusnya diberi makan gas, sudah puluhan tahun diberi makan minyak solar yang amat mahal. Salah makan inilah yang membuat perut PLN kembung selama ini.
Kebetulan Iran memang lagi memasarkan gas dalam bentuk cair (LNG). Iran lagi membangun proyek LNG besar-besaran di kota Asaleuyah, di pantai Teluk Parsi. Saya ingin tahu benarkah proyek itu bisa jadi? Bukankah Iran sudah lebih 20 tahun dimusuhi dan diisolasi secara ekonomi oleh Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya dari seluruh dunia? Bukankah begitu banyak yang meragukan Iran bisa mendapatkan teknologi tinggi untuk membangun proyek LNG besar-besaran?
Sudah setahun lebih PLN berjuang untuk mendapatkan gas dari negeri sendiri. Tapi hasilnya malah sebaliknya. Jatah gas PLN justru diturunkan terus menerus. Kalau awal tahun 2010 PLN masih mendapat jatah gas 1.100 mmscfd, saat tulisan ini dibuat justru tinggal 900 mmscfd. Perjuangan untuk mendapatkan tambahan gas yang semula menunjukkan tanda-tanda berhasil, belakangan redup kembali.
Gas memang sulit diraba sehingga tidak bisa terlihat ke mana larinya. Bisa jadi gas itu akan berbelok-belok dulu entah ke mana baru dari sana dijual ke PLN dengan harga yang sudah berbeda. Padahal PLN memerlukan gas sebanyak 1,5 juta mmscfd. Kalau saja PLN bisa mendapatkan gas sebanyak itu penghematannya bisa mencapai Rp 15 triliun setiap tahun. Angka penghematan yang mestinya menggiurkan siapa pun.
Maka saya memutuskan ke Iran. Apalagi upaya mengatasi krisis listrik sudah berhasil dan menuntaskan daftar tunggu yang panjang itu pasti bisa selesai bulan depan. Kini waktunya perjuangan mendapatkan gas ditingkatkan. Termasuk, apa boleh buat, ke negara yang sudah sejak tahun 1980-an diisolasi oleh Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya itu. Siapa tahu ada harapan untuk menyelesaikan persoalan pokok PLN sekarang ini: efisiensi. Sumber pemborosan terbesar PLN adalah banyaknya pembangkit listrik yang “salah makan”. Sekitar 5.000 MW pembangkit yang seharusnya diberi makan gas, sudah puluhan tahun diberi makan minyak solar yang amat mahal. Salah makan inilah yang membuat perut PLN kembung selama ini.
Kebetulan Iran memang lagi memasarkan gas dalam bentuk cair (LNG). Iran lagi membangun proyek LNG besar-besaran di kota Asaleuyah, di pantai Teluk Parsi. Saya ingin tahu benarkah proyek itu bisa jadi? Bukankah Iran sudah lebih 20 tahun dimusuhi dan diisolasi secara ekonomi oleh Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya dari seluruh dunia? Bukankah begitu banyak yang meragukan Iran bisa mendapatkan teknologi tinggi untuk membangun proyek LNG besar-besaran?